Kontroversi ‘Ipar Adalah Maut’: Film Indonesia di Netflix Memicu Perdebatan di Malaysia

3 minutes reading
Friday, 15 Nov 2024 06:35 0 15 Redaksi

FILM, Smart24Update.com – Film “Ipar Adalah Maut” kini telah dapat dinikmati oleh penonton di seluruh dunia setelah resmi tayang di Netflix pada 8 November 2024. Namun, penayangan film ini justru memicu kontroversi di Malaysia.

Disutradarai oleh Hanung Bramantyo, “Ipar Adalah Maut” diangkat dari kisah viral dengan judul yang sama karya Elizasifaa. Film ini dibintangi oleh Michelle Ziudith, Deva Mahenra, dan Davina Karamoy.

Cerita film ini berfokus pada pasangan suami istri, Nisa (Michelle Ziudith) dan Aris (Deva Mahenra), yang awalnya menjalani kehidupan bahagia. Namun, kedamaian mereka terganggu ketika adik Nisa, Rani (Davina Karamoy), datang untuk tinggal bersama mereka. Ketika perselingkuhan antara Aris dan Rani terungkap, Nisa mengalami trauma mendalam.

Salah seorang pengguna media sosial asal Malaysia mengungkapkan keterkejutannya setelah melihat adegan ciuman dalam film ini. Ia mempertanyakan apakah di Indonesia aktor diperbolehkan melakukan adegan tersebut.

“Di Indonesia memang diperbolehkan ya aktornya berciuman-ciuman?” tulis akun X @w*rn*b**la, yang dikutip oleh Medcom.id pada Jumat, 15 November 2024.

Pengguna tersebut juga menambahkan, “Kenapa ribut-ribut sih? Aku selalu terkejut. Setelah menonton ‘Ipar Adalah Maut’, aku langsung teriak saking kagetnya.”

Adegan ciuman itu tampaknya membuat banyak penonton di Malaysia terkejut, terutama karena film ini dianggap memiliki tema yang Islami. Seorang pengguna media sosial membandingkannya dengan film “Ada Apa dengan Cinta?” (2002) yang juga memiliki adegan romantis.

“Terkejut melihat adegan ciuman di ‘Ipar Adalah Maut’. Aku tahu ‘AADC’ ada adegan seperti itu, tapi cerita di ‘Ipar Adalah Maut’ terasa lebih Islami, jadi agak bingung,” tulis akun X @L*yabrht.

Tak sedikit pula pengguna yang menganggap “Ipar Adalah Maut” sebagai film pornografi yang menyamar sebagai film Islami. Mereka meminta agar para wanita dewasa tidak lagi mempromosikan film tersebut, khawatir anak-anak bisa menontonnya.

“Ibu-ibu Muslim, bisakah kalian berhenti mempromosikan ‘Ipar Adalah Maut’ sebagai film Islami untuk dewasa? Ini hanya pornografi berkedok Islam! Dan bilang tidak apa-apa selama anak-anak tidak menonton? Tolonglah!” tulis akun X @W*G*F.

Pengguna tersebut mengakui bahwa Indonesia memiliki industri film yang kreatif dan maju, tetapi juga menekankan pentingnya selektif dalam memilih tontonan, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai agama.

“Indonesia memang terkenal dengan sinematografi yang bagus dan keterbukaan dalam berkarya, tetapi kita harus lebih bijak dalam memilih film. Bulan ini saja ada dua film erotis yang mengusung tema Islami di Netflix: ‘Tuhan, Izinkan Aku Berdosa’ (2023) dan ‘Ipar Adalah Maut’ (2024),” tulis akun X @W*G*F.

Ia juga menyindir penonton yang memilih menonton film semacam itu, mempertanyakan mengapa mereka lebih memilih memahami agama melalui film daripada belajar langsung dari para ahli agama.

“Sampai kapan kita bisa begitu haus spiritualitas dan rela menonton film ‘Islami’ yang bercampur pornografi ketimbang belajar dari ulama yang kredibel? Apakah kita begitu lemah, memilih iman instan karena lebih menarik?” tegasnya.

Sementara itu, beberapa pengguna Indonesia memberikan pembelaan terhadap kritik yang disampaikan oleh warganet Malaysia.

“Sebetulnya film ini tidak dipromosikan sebagai film Islami di Indonesia. Hanya karena latar belakangnya beragama Muslim, tidak berarti film ini Islami. Kalau begitu, apakah ‘Home Alone’ juga film Kristen?” tulis akun X @Y**_P.

“Indonesia yang konservatif terlihat sangat liberal dibandingkan Malaysia. Bagaimana bisa film tentang perselingkuhan disebut film Islami?” tulis akun X @*_q*sh.

“Orang Malaysia sangat munafik, di Netflix film ini juga menduduki posisi teratas di negara mereka. Kenapa baru heboh sekarang? ‘Ipar Adalah Maut’ sudah tayang sejak Juni. Orang Indonesia tidak menganggap ini film Islami,” tulis akun X @chi*z**a*t.

Film “Ipar Adalah Maut” tidak mendapatkan reaksi negatif dari masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Dengan rating usia 13+, film ini berhasil menarik 4,7 juta penonton selama penayangan di bioskop sejak 13 Juni 2024 dan masuk dalam daftar film Indonesia terlaris sepanjang masa. (Zilong)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Featured

LAINNYA