Pramono Anung dan Rano Karno Unggul Sementara di Pilkada Jakarta 2024, Ridwan Kamil-Suswono Tertekan

4 minutes reading
Friday, 29 Nov 2024 02:23 0 19 Redaksi

POLITIK, Smart24Update.com – Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta, Pramono Anung dan Rano Karno, sementara ini unggul dalam Pilkada Jakarta 2024, berdasarkan hasil akhir hitung cepat atau quick count dari beberapa lembaga survei.

Hasil quick count dari Litbang Kompas, yang mencatat suara masuk 100 persen, menunjukkan bahwa Pramono Anung-Rano Karno memperoleh 49,49 persen suara, sementara pasangan Ridwan Kamil-Suswono meraih 40,02 persen, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana mendapatkan 10,49 persen.

Penting untuk dicatat bahwa hasil quick count bukanlah hasil resmi Pilkada, karena hasil resmi baru akan diumumkan setelah perhitungan suara secara manual oleh KPU.

Kekalahan sementara pasangan Ridwan Kamil dan Suswono (RIDO) menarik perhatian banyak pihak, terutama karena pasangan nomor urut 1 ini didukung oleh banyak partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.

Lalu, apa yang menyebabkan kekalahan Ridwan Kamil-Suswono? Berikut adalah analisis dari beberapa pengamat dan politisi PKS:

Faktor Mesin Politik Partai

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs, A Khoirul Umam, menyatakan bahwa mesin politik KIM Plus tidak solid.

“Kekompakan KIM Plus terasa seperti kawin paksa, di mana aspirasi dari partai-partai pengusung tampaknya kurang terakomodasi,” ujar Umam dalam pesan yang diterima oleh Tribunnews, Kamis (28/11/2024).

Ia menambahkan bahwa meskipun awalnya optimis, mesin politik RIDO menunjukkan penurunan menjelang hari pencoblosan.

Sementara itu, pengamat politik di Badan Riset dan Inovasi Nasional, Lili Romli, mencermati bahwa meskipun KIM Plus mendukung Ridwan Kamil-Suswono, partai-partai dalam koalisi tidak menjalankan mesin politiknya dengan efektif. “Partai-partai tampak membiarkan kampanye RK-Suswono berjalan sendiri,” tuturnya.

Di sisi lain, pasangan Pramono Anung-Rano Karno dapat melaju karena dukungan dari figur-figur penting dan mesin politik yang solid, terutama setelah mendapatkan dukungan dari Anies Baswedan dan Ahok.

Politisi PKS Menyoroti Amunisi

Politikus DPP PKS, Mardani Ali Sera, mengakui adanya kinerja yang kurang optimal dalam kubu Ridwan Kamil-Suswono. Ia menekankan bahwa meski dukungan dari koalisi cukup besar, belum terlihat hasil yang maksimal.

“Kami percaya koalisi yang melibatkan 14 atau 16 partai itu berkualitas, namun kemarin terlihat belum optimal,” kata Mardani kepada awak media di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (28/11/2024).

Ia berharap agar dalam putaran kedua, kubu RK-Suswono dapat bekerja lebih solid dan efektif. “Jika terjadi putaran kedua, kami di PKS memiliki banyak anggota yang berkualitas,” ujarnya.

Mardani juga menyoroti kurangnya “amunisi” bagi partai-partai dalam koalisi RK-Suswono. Ia menyampaikan bahwa banyak partai, termasuk PKS, mengalami kehabisan sumber daya akibat Pilkada yang berdekatan dengan Pilpres dan Pileg.

“Semua partai harus diberi dukungan yang memadai. Jujur, kami sudah habis setelah Pileg dan Pilpres. Oleh karena itu, kita perlu mengoptimalkan semua anggota partai dan relawan yang ada,” pungkasnya.

Analisis Pemilih

Khoirul Umam menilai bahwa pemilih di Jakarta memiliki literasi politik yang lebih baik dan cenderung pragmatis. “Masyarakat DKI Jakarta relatif cepat beralih pilihan sesuai dengan isu dan narasi yang berkembang,” ungkapnya.

Umam juga mengamati bahwa Pramono dan Rano lebih disiplin dalam kampanye dan narasi mereka. Kedekatan Pramono-Rano dengan Anies, yang menjadi simbol perlawanan terhadap kekuatan politik dominan di Jakarta, membantu mengkonsolidasikan pemilih loyal Anies untuk mendukung mereka.

Selain itu, hubungan Pramono dengan Jokowi dan Prabowo juga berkontribusi pada dukungan politik yang lebih luas. “Strategi Ketua Umum PDIP, Megawati, untuk menempatkan Pramono di Jakarta terbukti tepat,” katanya.

Narasi Kampanye

Umam juga menyebutkan bahwa dalam kampanye yang singkat ini, ada beberapa kesalahan dalam narasi, termasuk slip of tongue oleh Suswono mengenai “janda,” yang berhasil dimanfaatkan oleh pihak lawan. “Materi kampanye Ridwan Kamil di fase awal lebih banyak didominasi oleh gimmick, seperti Mobil Curhat dan bantuan kopi bagi yang terkena PHK, yang mungkin efektif di Bandung, namun tidak di Jakarta,” jelasnya.

Akumulasi dari berbagai faktor ini, menurut Umam, membawa Pramono-Rano menjadi pemenang yang tak terduga dalam Pilkada ini. “Meskipun hasilnya belum final di putaran pertama, semangat politik PDIP dan Pramono-Rano sangat tinggi. Ini bisa menjadi modal yang baik jika harus menghadapi putaran kedua,” tutupnya. (Zilong)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Featured

LAINNYA