PARLEMEN, Smart24Update.com – Politikus Israel Ayman Odeh secara terbuka menyerang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan menyebutnya sebagai “pembunuh berantai perdamaian” dalam pidato yang disampaikan di Knesset pada Senin, 18 November 2024. Tudingan tersebut dilontarkan Odeh di tengah suasana tegang dalam rapat parlemen, dan segera mengundang reaksi keras dari anggota parlemen lainnya, yang meminta agar Odeh dihentikan. Ketika Odeh berusaha menyampaikan argumennya, dia diusir dari podium dan dipaksa keluar dari mikrofon meskipun pidatonya belum rampung. Sementara itu, Netanyahu tampak tidak terpengaruh oleh seruan keras Odeh, tetap duduk dengan ekspresi yang tenang dan tidak menunjukkan ketertarikan, seperti yang dilaporkan oleh Middle East Monitor pada 19 November 2024.
Ayman Odeh, seorang anggota parlemen Israel yang berasal dari komunitas Palestina dan pemimpin Partai Hadash-Ta’al, menggunakan pidatonya sebagai kesempatan untuk mengkritik keras kebijakan Netanyahu yang dianggapnya merugikan banyak nyawa di Gaza. Dalam pernyataannya, Odeh mengungkapkan angka yang mencengangkan: “17.385 bayi di Gaza telah dibunuh oleh sistem Anda, di mana 825 di antaranya berusia di bawah satu tahun, yang menyebabkan 35.055 anak menjadi yatim piatu.” Dengan nada penuh emosi, Odeh menyatakan bahwa semua korban tersebut akan menghantui Netanyahu dan mempertanyakan bagaimana seorang pemimpin bisa terlibat dalam tindakan yang begitu mengerikan tanpa rasa penyesalan.
Ketegangan semakin memuncak ketika Ketua Knesset Amir Ohana segera menginterupsi Odeh saat dia berusaha melanjutkan pidatonya. Tidak hanya Ohana, sejumlah anggota parlemen lainnya juga berteriak menolak pernyataan Odeh, menciptakan suasana gaduh di dalam ruangan. Beberapa anggota parlemen bahkan meminta agar Amir Ohana segera memerintahkan Odeh untuk meninggalkan podium. Dalam situasi yang semakin memanas, tiga orang anggota parlemen lainnya berusaha menarik Odeh dari depan mikrofon untuk menghentikan pidatonya.
Kritik yang disampaikan Odeh mencerminkan meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap kebijakan Netanyahu yang dinilai merugikan. Di berbagai kota, termasuk Tel Aviv, protes mingguan sering digelar untuk mengekspresikan ketidakpuasan terhadap tindakan rezim Israel. Banyak yang menilai Netanyahu sering mengutamakan agenda politik pribadinya di atas proses perdamaian yang seharusnya dilakukan antara Israel dan Palestina, termasuk dalam hal menghalangi kesepakatan gencatan senjata.
Dalam awal pidatonya, Odeh menyampaikan kisah menyedihkan tentang Mohammed Abu al-Qumsan, seorang pengungsi berusia 32 tahun dari Gaza. Al-Qumsan baru saja menikah dua bulan sebelum konflik pecah di Gaza pada akhir Oktober 2023, dan setelah perang dimulai, ia dan istrinya terpaksa hidup berpindah-pindah untuk menghindari serangan. Pada 10 Agustus 2024, mereka diberkahi dengan kelahiran anak kembar, Aser dan Aseel, melalui operasi sesar yang sulit. Kegembiraan itu tidak bertahan lama, karena hanya tiga hari setelah kelahiran anak-anaknya, tragedi menimpa keluarga tersebut.
Saat al-Qumsan pergi ke rumah sakit untuk mengambil akta kelahiran anak-anaknya, dia mendapati bahwa istrinya tidak memberikan balasan pesan. Ketika tetangganya memberitahukan bahwa apartemen mereka dibom oleh serangan udara Israel, hidupnya seakan runtuh. “Baru 10 menit berlalu sejak saya mendapatkan akta kelahiran dan sekarang saya sedang mendapatkan akta kematian mereka. Saya pingsan,” kenang Odeh, mengikuti kisah tragis al-Qumsan saat memberitakan pidatonya di depan Netanyahu. Meskipun Odeh berbicara dengan penuh semangat dan emosi di hadapan Perdana Menteri Israel, Netanyahu hanya menatapnya dengan hampa, menunjukkan ketidakpedulian yang mencolok.
Di akhir pidatonya, Odeh menegaskan pentingnya perdamaian, keamanan, dan keadilan bagi masyarakat Arab yang hidup di kawasan pendudukan. “Benjamin Netanyahu, selama 30 tahun kamu telah menjadi pembunuh berantai perdamaian. Apa visi Anda? Pembunuh berantai perdamaian,” teriak Odeh sebelum dia akhirnya ditarik keluar dari ruang rapat oleh para anggota parlemen lainnya.
Setelah diusir, Odeh tidak kehilangan momentum. Dia merekam sisa pidatonya dan membagikannya melalui akun media sosialnya di X (Twitter), @AyOdeh. Dalam rekaman tersebut, Odeh kembali menegaskan, “Benjamin Netanyahu, selama 30 tahun kamu telah menjadi pembunuh berantai perdamaian. Kamu telah mendorong semua orang dalam lubang kebencian dan putus asa dengan ketidakpercayaan.” Dia menekankan bahwa visi yang diusung Netanyahu hanya akan membawa lebih banyak kekerasan, sementara dia sendiri memiliki pandangan yang lebih optimis. Menurut Odeh, baik bangsa Arab maupun Yahudi berhak atas keadilan, keamanan, dan kehidupan yang baik. “Visi kehidupan akan menang atas visi darah yang Anda pegang, Benjamin Netanyahu,” tutup Odeh dengan tegas, meninggalkan pesan kuat bagi pendengarnya di seluruh dunia. (Zilong)
No Comments