Pertarungan Sengit di AS: Harris dan Trump Berebut Kursi Kepresidenan di Tengah Ketegangan Global

4 minutes reading
Tuesday, 5 Nov 2024 02:56 0 26 Redaksi

INTERNASIONAL, Smart24Update.com – Hari ini, Selasa (5 November 2024), warga Amerika Serikat (AS) mengadakan pemilihan presiden baru. Persaingan ketat terjadi antara Kamala Harris dan Donald Trump. Mengingat perbedaan waktu, pemilihan presiden di AS dimulai pada hari Selasa waktu setempat, yang berarti Rabu (6 November 2024) pagi di Indonesia. Untuk memenangkan pemilihan ini, salah satu kandidat harus meraih 270 suara dari total 538 suara Electoral College.

Pasangan kandidat dari Partai Demokrat, Kamala Harris dan Tim Walz, serta pasangan dari Partai Republik, Donald Trump dan DJ Vance, telah melakukan kampanye terakhir yang cukup mencolok pada hari Senin. Mereka mengunjungi Pennsylvania, area yang krusial untuk kemenangan mereka. Dalam sebuah acara di North Carolina, Trump (78) membantah tuduhan terkait usianya dan beban fisik serta mental dari jadwal kampanye yang padat. “Saya bahkan tidak tidur. Sudah 62 hari saya tanpa libur,” ungkap Trump dalam pidato selama 90 menit yang penuh dengan kritik terhadap lawan-lawannya. Sementara itu, Harris menyatakan bahwa dirinya dalam kondisi baik dan menunjukkan jempol saat menuju acara kampanye di Allentown, Pennsylvania. Trump berambisi untuk meraih kembali kekuasaan di Gedung Putih, sementara Harris bercita-cita menjadi presiden wanita pertama di Amerika. Namun, survei menunjukkan bahwa kedua kandidat berada dalam posisi yang sangat ketat di seluruh negeri, termasuk di tujuh negara bagian kunci.

Seluruh dunia menunggu hasil dari pemilihan presiden ini, yang diharapkan akan berpengaruh besar terhadap konflik di Timur Tengah, perang di Ukraina, serta penanganan isu perubahan iklim yang oleh Trump dianggap sebagai sebuah tipuan. Proses demokrasi di AS juga bisa menghadapi tantangan, terutama jika Trump menolak hasil pemilihan jika kalah, yang berpotensi memicu ketidakstabilan politik dan kerusuhan.

Juru bicara Harris, Ian Sams, mengatakan, “Donald Trump dan timnya mungkin akan mengklaim kemenangan sebelum waktunya. Kami sepenuhnya memperkirakan hal itu.” Ia menganggap tindakan tersebut sebagai tanda kelemahan dan ketakutan Trump akan kekalahan, serta upaya untuk menimbulkan keraguan di kalangan pejabat pemilu yang tidak berpihak. Dalam konteks kampanye, kedua kandidat terus melangsungkan kegiatan di Pennsylvania, negara bagian yang diakui sebagai kunci dalam sistem Electoral College, dan akan menyelenggarakan acara di Pittsburgh. Harris dijadwalkan untuk berkampanye sepanjang hari di Pennsylvania, diakhiri dengan sebuah rapat umum di Philadelphia yang menghadirkan penyanyi Lady Gaga. Sementara Trump akan berpindah dari North Carolina ke Pennsylvania dan lalu ke Michigan. Keduanya mengklaim optimisme dari tingginya partisipasi pemilih awal, dengan lebih dari 78 juta suara telah diberikan, sekitar setengah dari total suara pada tahun 2020. Ketatnya persaingan ini mencerminkan kondisi masyarakat AS yang terbelah antara dua kandidat dengan visi yang sangat berbeda.

Harris (60), yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden, telah mengalami lonjakan luar biasa menuju puncak tiket Partai Demokrat setelah Presiden Joe Biden memutuskan untuk mundur dari pemilihan pada bulan Juli. Harris berharap isu aborsi akan menjadi keuntungan baginya, terutama di kalangan pemilih wanita, sementara Trump fokus pada masalah migrasi dan ekonomi, serta menyebut lawannya sebagai “musuh dari dalam.”

Keduanya melakukan perjalanan melalui negara-negara bagian yang masih belum jelas arah politiknya, dengan melakukan kampanye yang meriah, wawancara podcast untuk menjangkau pemilih yang enggan, serta aksi-aksi unik, seperti Trump mengemudikan truk sampah dan Harris tampil di acara komedi televisi “Saturday Night Live”. Dalam beberapa hari terakhir kampanye, Trump mengungkapkan sentimen kontroversial kepada pendukungnya, mengajukan tuduhan tak berdasar tentang kecurangan pemilu, dan berbicara tentang kriminologis imigran tidak berdokumen. Ia juga mengulangi kritiknya terhadap Harris dengan menyebutnya “individu dengan IQ rendah.” Dalam sebuah pernyataan, Trump mencatat bahwa seharusnya ia tidak meninggalkan Gedung Putih setelah kalah dari Biden pada tahun 2020, menyoroti upayanya untuk membatalkan hasil pemilihan yang berujung pada penyerangan di Gedung Capitol. Dengan meningkatnya ketegangan, beberapa petugas pemilu telah diberikan alat untuk menghubungi pihak berwenang dalam keadaan darurat. Negara bagian Oregon, Nevada, dan Washington telah mengaktifkan Garda Nasional untuk mengantisipasi situasi yang tidak diinginkan. Harris, setelah beberapa jajak pendapat yang positif, menyatakan dalam kampanye di Michigan, “Kami memiliki momentum, dan itu ada di pihak kami.”

Harris juga berupaya meraih dukungan dari komunitas Arab-Amerika yang besar di Michigan, yang mengkritik penanganan pemerintah AS terhadap perang Israel-Hamas, dengan menyatakan, “Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengakhiri konflik di Gaza.” Sementara itu, Presiden Biden (81) memilih untuk menghindari sorotan publik setelah komentar kontroversial tentang pendukung Trump yang dianggapnya “sampah” minggu lalu. (Zilong)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Featured

LAINNYA