KRIMINAL, Smart24Update.com – Seorang siswa SMK Negeri 4 Semarang, Gamma Rizkynata Oktafandy (16), dilaporkan meninggal dunia setelah ditembak oleh polisi. Penembakan ini terjadi dengan alasan Gamma diduga terlibat dalam tawuran yang melibatkan kelompok gangster.
Namun, banyak yang membantah tuduhan tersebut, termasuk teman-teman, petugas keamanan, dan staf sekolahnya. Sahabat korban, Akbar Deni Saputra, mengatakan bahwa Gamma adalah anak yang baik dan tidak memiliki perilaku mencurigakan. “Dia tidak pernah menunjukkan sikap aneh,” ujarnya saat berziarah ke rumah nenek Gamma di Kembangarum, Semarang Barat.
Akbar juga menambahkan bahwa mereka sempat bermain bersama di rumahnya setelah pulang sekolah pada hari Jumat, sehingga ia sangat terkejut ketika mendengar kabar duka tersebut pada hari Minggu.
Pihak sekolah pun meragukan klaim bahwa Gamma terlibat dalam kegiatan gangster. Nanang Agus B, staf kesiswaan SMK Negeri 4 Semarang, menyebutkan bahwa selama ini Gamma memiliki catatan yang baik dan berprestasi di sekolah. “Kami tidak mengetahui jika dia terlibat dengan gangster, karena rekam jejaknya sangat positif,” jelasnya.
Sementara itu, klaim polisi mengenai terjadinya tawuran di kawasan Perumahan Paramount juga dipertanyakan. Seorang petugas keamanan yang bertugas pada malam tersebut menegaskan bahwa tidak ada tawuran yang terjadi dan mereka akan melaporkan jika ada insiden seperti itu.
Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar, mengonfirmasi bahwa penembakan dilakukan oleh seorang anggota polisi saat mencoba melerai tawuran antara dua kelompok gangster. Ia menyebutkan bahwa tindakan penembakan dilakukan setelah polisi diserang.
Namun, pakar kriminologi Universitas Diponegoro, Budi Wicaksono, mengkritik tindakan penembakan tersebut sebagai tidak sesuai prosedur. Ia menyatakan bahwa seharusnya polisi memberikan peringatan terlebih dahulu sebelum menggunakan senjata. “Tembakan peringatan seharusnya dilakukan sebelum mengambil tindakan tegas,” ungkapnya.
Budi juga mempertanyakan apakah Gamma yang masih di bawah umur benar-benar mengancam nyawa polisi sehingga diperlukan tindakan penembakan. Ia berpendapat bahwa tindakan tersebut melanggar hukum dan harus mendapatkan sanksi.
Setelah insiden tersebut, identitas Gamma baru diketahui sekitar pukul 10 pagi. Irwan Anwar mengungkapkan bahwa anggota polisi yang terlibat sedang diperiksa lebih lanjut oleh Pengamanan Internal Propam.
Kematian Gamma menjadi duka yang mendalam bagi keluarganya. Ia adalah seorang anak yatim yang tinggal bersama neneknya, sementara ayahnya datang dari Sragen untuk memakamkan anaknya. Pihak sekolah mengenal Gamma sebagai siswa yang berprestasi di jurusan teknik mesin.
Dua teman Gamma, S (16) dan A (17), yang juga terluka dalam insiden yang sama, masih dalam proses pemulihan dan belum bisa memberikan keterangan karena trauma. Kasus ini telah menarik perhatian publik dan banyak yang berharap penyelidikan dapat mengungkap fakta sebenarnya di balik insiden tragis ini. (Zilong)
No Comments